Masih ada
segelintir orang yang muncul dalam dirinya pertanyaan seperti ini, bahkan dia
belum menemukan jawaban dari pertanyaan ini hingga berpuluh-puluh tahun
lamanya. “Untuk tujuan apa sih, kita diciptakan di dunia ini?”, demikian
pertanyaan yang selalu muncul dalam benaknya. Lalu sampai-sampai dia menanyakan
pula, “Kenapa kita harus beribadah?” Sempat ada yang menanyakan beberapa
pertanyaan di atas kepada kami melalui pesan singkat yang kami terima. Semoga
Allah memudahkan untuk menjelaskan hal ini.
Saudaraku …
Inilah Tujuan Engkau Hidup Di Dunia Ini
Allah
Ta’ala sudah menjelaskan dengan sangat gamblangnya di dalam Al Qur’an apa yang
menjadi tujuan kita hidup di muka bumi ini. Cobalah kita membuka
lembaran-lembaran Al Qur’an dan kita jumpai pada surat Adz Dzariyat ayat 56. Di
sana, Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Saudaraku … Jadi, Allah tidaklah
membiarkan kita begitu saja. Bukanlah Allah hanya memerintahkan kita untuk
makan, minum, melepas lelah, tidur, mencari sesuap nasi untuk keberlangsungan
hidup. Ingatlah, bukan hanya dengan tujuan seperti ini Allah menciptakan kita.
Tetapi ada tujuan besar di balik itu semua yaitu agar setiap hamba dapat beribadah
kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا
وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun:
115).
Ibnu Qoyyim Al Jauziyah mengatakan,
“Apakah kalian diciptakan tanpa ada maksud dan hikmah, tidak untuk beribadah
kepada Allah, dan juga tanpa ada balasan dari-Nya[?] ” (Madaarijus Salikin,
1/98) Jadi beribadah kepada Allah adalah tujuan diciptakannya jin, manusia dan
seluruh makhluk. Makhluk tidak mungkin diciptakan begitu saja tanpa diperintah
dan tanpa dilarang. Allah Ta’ala berfirman,
أَيَحْسَبُ
الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah
manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)?” (QS. Al Qiyamah: 36).
Imam Asy
Syafi’i mengatakan,
لاَ
يُؤْمَرُ وَلاَ يُنْهَى
“(Apakah
mereka diciptakan) tanpa diperintah dan dilarang?”.
Ulama
lainnya mengatakan,
لاَ
يُثاَبُ وَلاَ يُعَاقَبُ
“(Apakah
mereka diciptakan) tanpa ada balasan dan siksaan?” (Lihat Madaarijus Salikin,
1/98)
Bukan
Berarti Allah Butuh pada Kita, Justru Kita yang Butuh Beribdah pada Allah
Saudaraku, setelah kita mengetahui
tujuan hidup kita di dunia ini, perlu diketahui pula bahwa jika Allah
memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya, bukan berarti Allah butuh pada
kita. Sesungguhnya Allah tidak menghendaki sedikit pun rezeki dari makhluk-Nya
dan Dia pula tidak menghendaki agar hamba memberi makan pada-Nya. Allah lah
yang Maha Pemberi Rizki. Perhatikan ayat selanjutnya, kelanjutan surat Adz
Dzariyat ayat 56. Di sana, Allah Ta’ala berfirman,
مَا أُرِيدُ
مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ
الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)
“Aku
tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari makhluk dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi makan pada-Ku. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi
rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz Dzariyat: 57-58)
Jadi, justru kita yang butuh pada
Allah. Justru kita yang butuh melakukan ibadah kepada-Nya.
Saudaraku …
Semoga kita dapat memperhatikan perkataan yang sangat indah dari ulama Robbani,
Ibnul Qoyyim rahimahullah tatkala beliau menjelaskan surat Adz Dzariyaat ayat
56-57.
Beliau
rahimahullah mengatakan,“Dalam ayat tersebut Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia
tidaklah menciptakan jin dan manusia karena butuh pada mereka, bukan untuk
mendapatkan keuntungan dari makhluk tersebut. Akan tetapi, Allah Ta’ala Allah
menciptakan mereka justru dalam rangka berderma dan berbuat baik pada mereka,
yaitu supaya mereka beribadah kepada Allah, lalu mereka pun nantinya akan
mendapatkan keuntungan. Semua keuntungan pun akan kembali kepada mereka. Hal
ini sama halnya dengan perkataan seseorang, “Jika engkau berbuat baik, maka
semua kebaikan tersebut akan kembali padamu”. Jadi, barangsiapa melakukan
amalan sholeh, maka itu akan kembali untuk dirinya sendiri. ” (Thoriqul
Hijrotain, hal. 222)
Jelaslah bahwa sebenarnya kita lah
yang butuh pada ibadah kepada-Nya karena balasan dari ibadah tersebut akan
kembali lagi kepada kita.
Apa Makna
Ibadah?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan, “Dalam ibadah itu terkandung mengenal, mencintai, dan tunduk kepada
Allah. Bahkan dalam ibadah terkandung segala yang Allah cintai dan ridhoi.
Titik sentral dan yang paling urgent dalam segala yang ada adalah di hati yaitu
berupa keimanan, mengenal dan mencintai Allah, takut dan bertaubat pada-Nya,
bertawakkal pada-Nya, serta ridho terhadap hukum-Nya. Di antara bentuk ibadah
adalah shalat, dzikir, do’a, dan membaca Al Qur’an.” (Majmu’ Al Fatawa, 32/232)
Tidak
Semua Makhluk Merealisasikan Tujuan Penciptaan Ini.Perlu diketahui bahwa irodah
(kehendak) Allah itu ada dua macam.
Pertama adalah irodah diniyyah, yaitu
setiap sesuatu yang diperintahkan oleh Allah berupa amalan sholeh. Namun
orang-orang kafir dan fajir (ahli maksiat) melanggar perintah ini. Seperti ini
disebut dengan irodah diniyyah, namun amalannya dicintai dan diridhoi. Irodah
seperti ini bisa terealisir dan bisa pula tidak terealisir.
adalah irodah kauniyyah, yaitu segala
sesuatu yang Allah takdirkan dan kehendaki, namun Allah tidaklah
memerintahkannya. Contohnya adalah perkara-perkara mubah dan bentuk maksiat.
Perkara-perkara semacam ini tidak Allah perintahkan dan tidak pula diridhoi.
Allah tidaklah memerintahkan makhluk-Nya berbuat kejelekan, Dia tidak meridhoi
kekafiran, walaupun Allah menghendaki, menakdirkan, dan menciptakannya. Dalam
hal ini, setiap yang Dia kehendaki pasti terlaksana dan yang tidak Dia
kehendaki tidak akan terwujud. Jika kita melihat surat Adz Dzariyat ayat 56,
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون
“Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz Dzariyat: 56)
Tujuan
penciptaan di sini termasuk irodah diniyyah. Jadi, tujuan penciptaan di sini
tidaklah semua makhluk mewujudkannya. Oleh karena itu, dalam tataran realita
ada orang yang beriman dan orang yang tidak beriman. Tujuan penciptaan di sini
yaitu beribadah kepada Allah adalah perkara yang dicintai dan diridhoi, namun
tidak semua makhluk merealisasikannya. (Lihat pembahasan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa, 8/189)
Dengan
Tauhid dan Kecintaan pada-Nya, Kebahagiaan dan Keselamatan akan Diraih
Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan,
“Tujuan yang terpuji yang jika setiap insan merealisasikannya bisa menggapai
kesempurnaan, kebahagiaan hidup, dan keselamatan adalah dengan mengenal,
mencintai, dan beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik
kepada-Nya. Inilah hakekat dari perkataan seorang hamba “Laa ilaha illallah
(tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah)”. Dengan kalimat
inilah para Rasul diutus dan semua kitab diturunkan. Suatu jiwa tidaklah
menjadi baik, suci dan sempurna melainkan dengan mentauhidkan Allah semata.”
(Miftaah Daaris Sa’aadah, 2/120)
Kami memohon kepada Allah, agar
menunjuki kita sekalian dan seluruh kaum muslimin kepada perkataan dan amalan
yang Dia cintai dan ridhoi. Tidak ada daya untuk melakukan ketaatan dan tidak
ada kekuatan untuk meninggalkan yang haram melainkan dengan pertolongan Allah.
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا دَائِمًا إلَى يَوْمِ الدِّينِ .